Olaharga untuk mengurangi kadar lemak terkadang
sia-sia akibat asupan makanan yang tidak Anda jaga. Meski tampaknya
sehat,makanan ini justru merusak keberhasikan hasil kerja keras Anda.
Our vanity mengungkapkan beberpa makanan dan minuman yang justru
harus dihindari ketika berolahraga:
1. Telur Rebus
Telur rebus adalah sumber protein tanpa lemak yang sebenarnya
diperlukan untuk fungsi tubuh yang sehat. Tapi itu bukan pilihan makanan yang
tepat sebelum latihan. Masalahnya adalah protein dalam telur rebus membutuhkan
waktu yang banyak untuk dicerna.
2. Protein Bar
Hei, jangan tergiur dengan iklan yang menyatakan protein bar bisa
membantu menekan nafsu makan. Protein bar justru tidak lebih baik daripada
permen. Makanan ini memiliki lebih dari 200 kalori yang dapat membebani latihan
Anda.
3. Minuman berkafein
Minuman berkafein sangat berbahaya bagi Anda jika dikonsumsi
sebelum latihan. Selain itu, semua minuman berkafein biasanya mengandung
sejumlah gula yang akan membuat Anda merasa lelah. Bukan hanya itu saja,
minuman energi yang mengandung kafein dapat menyebabkan gas dan kembung.
Para ahli menyarankan lebih baik Anda meminum air putih yang cukup
dibandingkan dengan minuman berkafein. Selain itu, Anda bisa mengganti protein
bar dengan memakan makanan sehat.
Di antara para perokok, orang yang memilih rokok mentol cenderung
menghadapi kemungkinan lebih besar untuk terserang stroke ketimbang pengisap
rokok non-mentol. Hal itu tampaknya sangat tepat bagi perempuan dan orang
Amerika non-Afrika. Demikian hasil sebuah penelitian terbaru di Amerika Utara.
Penulis studi tersebut menyatakan meskipun tak ada rokok yang baik
buat kesehatan, temuan itu–yang belum lama ini diterbitkan di Archives of
Internal Medicine–menyatakan orang mesti benar-benar menjauhkan diri dari semua
rokok bermentol.
“Semuanya memang buruk, semuanya sudah dikatakan, dari perspektif
pengurangan bahaya studi ini memberi pendapat untuk
menghindarinya–setidaknya–jenis yang bermentol,” kata Nicholas Vozoris, seorang
petugas klinik di St. Michael`s Hospital di Toronto, Kanada.
Untuk studi tersebut, Vozoris menggunakan informasi yang diambil
dari survei gaya hidup dan kesehatan AS yang mencakup 5.028 perokok dewasa.
Survei itu dilakukan dari 2001 sampai 2008.
Secara keseluruhan, sebanyak 26 persen responden mengatakan mereka
biasanya mengisap rokok mentol, dan sisanya mengisap rokok tanpa mentol.
Beberapa ahli mengatakan mentol mempermudah orang untuk mulai
merokok dan lebih sulit untuk berhenti sebab rasanya menyelubungi kerasnya
tembakau.
Di antara pengisap rokok mentol, 3,4 persen mengatakan dalam
survei tersebut mereka pernah menderita stroke. Sementara itu, sebanyak 2,7
persen perokok tanpa mentol terserang stroke.
Setelah memperhitungkan jenis kelamin, suku dan usia perokok serta
jumlah rokok yang diisap, Vozoris mendapati pengisap rokok mentol memiliki
risiko dua kali lipat untuk terserang stroke dibandingkan dengan mereka yang
memilih rokok non-mentol.
Perbedaan tersebut sangat jelas pada perempuan dan orang yang
melaporkan dari suku selain Amerika-Afrika di dalam survei mereka. Di antara
peserta studi itu, stroke tiga kali lebih umum dibandingkan dengan penghisap rokok
mentol.
Vozoris mengatakan kepada Reuters Health, studi tersebut tak bisa
membuktikan rokok mentol saja mengakibatkan peningkatan risiko stroke, dan
bukan perbedaan tak terukur antara penghisap rokok mentol dan tanpa mentol.
Ia menambahkan perempuan dan orang Amerika non-Afrika tampaknya
menjadi penyebab kaitan antara rokok bermentol dan stroke. Namun, ia merasa tak
yakin mengapa dan studi itu juga tak menjawabnya.
Memilih rokok bermentol tak berkaitan dengan peningkatan risiko
tekanan darah tinggi, penyakit paru-paru kronis atau serangan jantung
dibandingkan dengan rokok standar.
Gordon Tomaselli, Presiden American Heart Association dan Kepala
Kardiologi di Johns Hopkins University School of Medicine, mengatakan menarik
bahwa studi tersebut memperlihatkan kaitan antara mengisap rokok bermentol dan
stroke tapi bukan dengan tekanan darah tinggi.
Vozoris mengatakan mungkin saja mentol pada rokok memiliki dampak
pada pembuluh darah, terutama yang memasok otak.
Menurut US Center for Disease Control and Prevention, mengisap
rokok jenis apa pun meningkatkan risiko seseorang terserang sakit jantung
sebanyak dua sampai empat kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidak
merokok.
Tomaselli, yang tak menjadi bagian dari studi itu, menambahkan,
“Ini mengingatkan kita bahwa dampak mengisap rokok sangat luas dan itu
mempengaruhi sejumlah sistem organ tubuh.
Para peneliti dari Klinik Mayo di Rochester,
Minnesota, Amerika Serikat, menyatakan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan
obesitas atau kegemukan. Menurut studi mereka, orang yang tidur tidak cukup
akan makan 500 kalori lebih banyak daripada orang yang tidur dengan normal. Demikian
seperti dilansir Daily Mail, Ahad (18/3).
Penelitian ini dilakukan terhadap 17 pria dan
wanita. Sebagian dari mereka, diminta untuk tidur dengan jangka waktu normal
selama delapan malam dan setengah lainnya diminta tidur sepertiga waktu normal.
Selama penelitian, para peserta diperbolehkan makan kapan pun mereka mau.
“Kami telah menguji apakah kurang tidur mengubah
kadar hormon leptin dan ghrelin (yang berhubungan dengan nafsu makan),
meningkatkan porsi makanan yang mereka makan dan mempengaruhi jumlah kalori
yang dibakar saat beraktivitas,” kata Virend Somers, penulis studi dan profesor
ilmu kedokteran dan penyakit jantung di Mayo Clinic seperti dikutip Daily Mail.
Dari hasil studi, terlihat bahwa orang yang
tidur satu jam 20 menit lebih sedikit ketimbang orang yang tidur normal,
kontrol mengonsumsi rata-rata 549 kalori tambahan setiap hari. Penelitian juga
menyebutkan, orang yang kurang tidur tidak akan mengalami pembakaran kalori.
Dengan demikian, ada ketidakseimbangan antara jumlah kalori yang bertambah
dengan yang berkurang.
“Kurang tidur merupakan masalah yang terus berkembang. Saat ini,
sekitar 28 persen orang dewasa melaporkan bahwa mereka hanya sempat tidur
kurang dari enam jam,” kata Andrew D. Calvin, asisten penelitian dan asisten
profesor kedokteran Virend Somers di Mayo Clinic.kata Andrew D. Calvin, asisten
penelitian dan asisten profesor kedokteran Virend Somers di Mayo Clinic.
1. Usahakan konsumsi protein rendah lemak setiap kali makan. Salah
satu alasan, antibodi yang membantu melawan penyakit sebenarnya terbuat dari
protein. Alasan lain, banyak makanan tinggi protein juga mengandung kekebalan
tubuh lainnya yang meningkatkan nutrisi. Potongan daging sapi dan babi, serta
protein dari kacang, kedelai, dan makanan laut (terutama tiram dan kepiting),
mengandung seng-mineral yang membantu meningkatkan produksi melawan infeksi sel
darah putih, bahkan kekurangan seng ringan dapat meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi. Kacang-kacangan, seperti almond dan kacang mede, juga
merupakan sumber protein yang bagus, serta magnesium, baik yang membantu
mendukung sistem kekebalan tubuh yang sehat.
2. Minumlah lima cangkir jus buah dan sayuram sehari. Buah jadi
bahan makanan yang baik dalam menangkis serangan penyakit. Kadar vitaminnya
yang terkandung di dalamnya, membuat makanan ini layak jadi pertimbangan menu
Anda. Vitamin A, bisa membantu sel darah putih melawan infeksi lebih efektif
dan juga membantu mengatur sistem kekebalan tubuh. Vitamin C dapat meningkatkan
penyerapan zat besi dari makanan nabati dan membantu sistem kekebalan tubuh
melindungi terhadap penyakit. Sedangkan vitamin E, yang ditemukan dalam
kacang-kacangan, biji-bijian, telah ditunjukkan dalam penelitian ilmiah dapat
memerangi infeksi pernafasan flu.
3. Selain asupan gizi, juga lakukanlah kegiatan olah raga. Dengan
berjalan 20 sampai 30 menit setiap hari, akan meningkatkan pertahanan tubuh
Anda. Olah raga akan membuat antibodi dan sel-sel darah putih bergerak melalui
tubuh lebih cepat, sehingga mereka dapat mendeteksi penyakit lebih cepat,
ditambah, peningkatan sirkulasi juga dapat memicu pelepasan hormon yang
“memperingatkan” sel-sel imun patogen mengganggu.
4. Periksalah kadar Vitamin D Anda. Umumnya, Sekitar 50 nmol/L
cukup untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan, kurang dari 30 nmol/L adalah
terlalu rendah bagi kebanyakan orang. Baru penelitian menunjukkan Vitamin D
bisa meningkatkan respon kekebalan tubuh, dan tingkat terlalu rendah dapat
dikaitkan dengan peningkatan musiman pilek dan flu.
Dengan kekuatan tubuh yang senantiasa terjaga, akan membuat badan
tetap bugar meski pancaroba mengancam. Bila tubuh sehat, aktivitas Anda tak
akan tersendat.
Meski bisa merebak dengan cepat, Hepatitis A
merupakan golongan penyakit hepatitis yang tergolong ringan dibandingkan
Hepatitis B dan C. Karena itu, Hepatitis digolongkan sebagai penyakit hepatitis
ringan yang jarang menyebabkan kematian.
Virus penyakit ini menyebar melalui kotoran atau
feses penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Hepatitis A memiliki masa inkubasi dua hingga enam pekan sejak
penularan terjadi, barulah penderita menunjukkan beberapa gejala.
Pada pekan pertama, penderita akan mengalami
sakit kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing, dan
air seni berwarna hitam pekat. Penderita yang mengalami gejala Hepatitis A
sebaiknya tidak terlalu banyak beraktivitas dan segera ke fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan atas gejala yang timbul.
Pengobatan bisa dengan paracetamol untuk demam dan
pusing, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan, serta obat
untuk mengurangi mual dan muntah. Namun, tentulah lebih baik mencegah daripada
mengobati.
Untuk menghindari tertular virus ini, upaya
pencegahan bisa dilakukan dengan mencuci tangan dengan bersih serta imunisasi
bagi seseorang yang berada di sekitar penderita. Dan jangan lupa, jaga juga
kebersihan makanan dan minuman yang Anda santap.
Studi terbaru mencatat bahwa para pria yang
mengonsumsi vitamin E saja, cenderung memiliki resiko kanker prostat yang lebih
tinggi.
Sepuluh tahun lalu, para ilmuwan memulai penelitian yang disebut Selenium and Vitamin E Cancer Prevention Trial, disingkat SELECT, untuk menguji keyakinan luas bahwa dua suplemen itu mungkin membantu atau mencegah penyakit.
Sepuluh tahun lalu, para ilmuwan memulai penelitian yang disebut Selenium and Vitamin E Cancer Prevention Trial, disingkat SELECT, untuk menguji keyakinan luas bahwa dua suplemen itu mungkin membantu atau mencegah penyakit.
Studi itu melacak 35.000 pria sehat berusia 50
tahun keatas di 400 lokasi di Amerika Serikat, Kanada dan Puerto Rico.
Analisis dari sejumlah penelitian mengenai kulit
dan kanker paru-paru menunjukkan bahwa selenium – sejenis suplemen mineral-
atau vitamin E mungkin dapat mengurangi resiko terkena kanker prostat. Tetapi,
analisis terbaru dari data SELECT menunjukkan hasil yang berbeda.
Howard Parnes, spesialis kanker prostat di
National Cancer Institute dan salah seorang penulis temuan yang diterbitkan
dalam Journal of the American Medical Association, mengatakan bahwa studi itu
dihentikan lebih dini karena tidak bermanfaat.
Menurut Parnes, hasil penelitian tidak menunjukkan manfaat bagi pria yang minum vitamin E sebanyak 400 IU (International Unit) setiap hari. Yang lebih penting lagi, studi itu menunjukkan beberapa resiko yang benar-benar nyata.
Menurut Parnes, hasil penelitian tidak menunjukkan manfaat bagi pria yang minum vitamin E sebanyak 400 IU (International Unit) setiap hari. Yang lebih penting lagi, studi itu menunjukkan beberapa resiko yang benar-benar nyata.
“Saat ini, data menunjukkan kenaikan kanker
prostat sebesar 17 persen, yang secara statistik signifikan untuk bahaya
vitamin E saja,” papar Howard selanjutnya.
Eric Klein, peneliti lain dari Cleveland Clinic
mengatakan studi pemerintah yang menelan biaya 122 juta dolar itu berakhir
tahun 2008 ketika menjadi jelas bahwa vitamin E tidak akan menghasikan
pengurangan kanker sampai 25 persen, target yang berusaha mereka tunjukkan
lewat penelitian itu.
“Tapi pada saat penelitian awal ditutup, kami
mencatat bahwa pria yang mengonsumsi vitamin E saja, cenderung memiliki resiko
kanker prostat yang lebih tinggi,” ujar Eric Klein.
Klein mengatakan para periset melacak para
peserta studi itu selama 18 bulan lagi setelah penelitian dihentikan dan
mendapati bahwa vitamin E dapat berdampak bahkan setelah para pria itu berhenti
mengkonsumi suplemen tersebut.
Eric Klein menambahkan, “Tidak ada alasan untuk
minum vitamin E jika anda berumur di atas 55 atau 60 tahun.”
Klein menambahkan bahwa studi itu
menggarisbawahi pentingnya uji coba acak berbasis populasi dalam skala besar
untuk dapat dengan akurat mengukur manfaat atau bahaya nutrisi mikro seperti
suplemen dan vitamin.
( voanews.com/indonesian )
fhoto : Hasil penelitain terbaru justru menunjukkan bahwa pria yang mengonsumsi vitamin E saja, cenderung lebih beresiko terkena kanker prostat (foto ilustrasi).
( voanews.com/indonesian )
fhoto : Hasil penelitain terbaru justru menunjukkan bahwa pria yang mengonsumsi vitamin E saja, cenderung lebih beresiko terkena kanker prostat (foto ilustrasi).
Fakta tersebut terungkap dari hasil investigasi tim dokter kepada
3.000 anak yang mengalami respirasi. Kondisi tersebut juga melalui pengamatan
anak-anak yang termonitor sejak mereka lahir pada 1991 dan 1992.
Para peneliti menduga terdapat hubungan kurangnya aktivitas fisik
pada anak yang memiliki durasi menonton TV tinggi. Diperburuk lagi posisi duduk
yang tidak berubah, yang memberikan dampak pada perkembangan penyakit
respirasi.
Kurangnya aktivitas fisik berdampak pada jaringan aliran udara
yang disebut otot polos. Faktor lainnya dipicu oleh faktor lingkungan yang
terpolusi udara serta faktor fisik obesitas.
Karena itu orangtua diimbau untuk membimbing anaknya, agar
menyeimbangkan aktivitas gerak fisik guna mengurangi faktor risiko yang ada.
Aktivitas yang disarankan adalah dengan berolahraga bersama orangtua di pagi
hari.
Dengan berolahraga, pola makan dan perkembangan motorik anak akan
lebih optimal dan terpantau dengan baik. Pemilihan waktu yang terbaik adalah
pagi hari, agar mendapatkan kualitas udara yang bersih, terutama di perkotaan.
Olahraga sore sama baiknya, namun sistem respirasi akan lebih optimal dengan
mendapatkan asupan oksigen yang belum terpolutan.
Siapa sangka jika obat nyamuk bakar yang katanya
bisa membuat nyamuk menghilang justru membawa bencana buat kesehatan. Sebuah
penelitian di Malaysia menunjukkan bahwa asap dari obat nyamuk adalah setara
dengan 100 batang rokok. Akibatnya, masalah pernapasan pun kerap kali dialami
oleh pengguna obat nyamuk bakar.
“Tidak banyak orang tahu tentang hal itu, tetapi kerusakan yang
terjadi di paru-paru disebabkan oleh asap obat nyamuk bakar sama dengan 100
batang rokok,” kata, Sandeep Salvi, Direktur Penelitian Paru-paru.
Menurut studi lain di New Delhi, India, 55 persen penduduk kota
yang tinggal dalam 500 meter dari sumber polusi udara seperti kendaraan jalan
lalu lintas atau dekat dengan daerah industri, rentan terhadap polusi. Sehingga,
dua juta anak di bawah usia lima tahun meninggal karena masalah pernapasan
setiap tahunnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar